Sunday, July 28, 2019
Kisah Sahabat Nabi Mencium Kepala Kaisar Romawi
Salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi radhiyallahu 'anhu, adalah panglima kaum Muslimin yang saat itu diberangkatkan oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu untuk ikut serta dalam pembebasan negeri Syam.
Ia diberi misi memerangi penduduk Kaisariah, sebuah kota benteng di wilayah Palestina, tepatnya di tepi Laut Tengah. Namun ia gagal dalam salah satu pertempuran. Dia pun tertangkap oleh tentara Romawi.
Dari salah satu tulisan Muhammad Amin Al-Jundi dalam buku "Hiburan Orang-Orang Shalih", dikisahkan sosok Abdullah bin Hudzafah pun dibawa pulang oleh tentara tersebut menuju negeri mereka. Kepada Kaisar Romawi mereka menyatakan bahwa ia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad. Mendengar hal tersebut sang Kaisar pun merasa memiliki kesempatan untuk menyakiti dan menyiksa kaum Muslimin.
Ia pun ingin melihat sosok Abdullah bin Hudzafah secara langsung. Ia ingin menguji seberapa kuat agama yang ia miliki dan ingin menjauhkannya dari agama Islam. Sang kaisar memulai dengan memberikan bujukan dan penawaran.
Kepada Abdullah bin Hudzafah ditawarkan berbagai pilihan yang menggiurkan, mulai sejumlah harta, dinikahkan dengan sang putri kerajaan, hingga seluruh harta dan kerajaan yang ia miliki. Sang kaisar berkata, "Apakah kamu mau memeluk agama Nasrani dan aku hadiahkan kepadamu setengah dari kerajaanku?"
"Seandainya engkau serahkan seluruh kerajaanmu dan seluruh kerajaan Arab, aku tidak akan meninggalkan agama Muhammad SAW sekejap mata pun," ujar Abdullah bin Hudzafah menjawab pertanyaan Kaisar Romawi. Kaisar Romawi pun berujar, "Kalau begitu, aku akan membunuhmu." Dan oleh Abdullah bin Hudzafah dijawab, "Silakan saja."
Sang sahabat pun dimasukkan ke dalam penjara dan sama sekali tidak diberi makan maupun minum selama tiga hari berturut-turut. Setelah itu ia ditawari segelas arak dan daging babi sebagai penawar dahaga dan lapar yang sudah ia jalani selama tiga hari. Jelas, Abdullah menolaknya. Selama beberapa hari ke depan, ia tidak menyentuh makanan dan minuman yang ada hingga ia hampir mati.
Melihat hal ini, Kaisar mengeluarkan ia dari penjara dan bertanya, "Apa yang membuatmu enggap minum arak dan makan daging babi, padahal engkau dalam kondisi kelaparan dan terpaksa?"
Sang sahabat menjawab, "Ketauhilah, kondisi darurat memang telah menjadikan hal tersebut halal bagi saya dan tidak ada keharaman bagi saya memakannya. Namun, saya lebih memilih untuk tidak memakannya sehingga saya tidak memberikan kesempatan kepadamu untuk bersorak melihat kemalangan Islam."
Kaisar Romawi pun memerintahkan agar Abdullah dilemparkan ke dalam air mendidih. Namun, ketika hendak dilemparkan, sang sahabat menangis. Para tentara yang bertugas pun melaporkan hal ini kepada kaisar mereka. Ia mengira Abdullah bin Hudzafah menangis karena takut mati serta menunjukkan bahwa ia mundur dari posisinya dan membatalkan ketetapan hatinya serta mengabulkan keinginan Kaisar untuk memeluk agama Nasrani.
Kaisar pun kembali memanggil sang sahabat dan kembali menawarkan untuk masuk ke agama Nasrani. Namun, jelas hal ini kembali ditolak. "Lalu mengapa engkau menangis?" tanya Kaisar.
"Saya menangis karena saya menyesal mengapa nyawaku cuma satu. Aku berharap memiliki nyawa sebanyak rambut yang ada di tubuhku dan semuanya diceburkan ke dalam panci itu sehingga semuanya mati di jalan Allah," jawab Abdullah bin Hudzafah.
Jawaban ini membuat Kaisar mengakui kekalahannya. Ia merasa memiliki harta, pangkat, kekuatan, dan dunia. Namun, berhadapan dengan seorang Muslim yang tidak bersenjata dan tidak menyandang apa-apa. Ia pun memberikan tawaran terakhir sebagai bentuk kekalahannya.
Demi menjaga martabatnya, Kaisar Romawi ini berkata, "Hai Abdullah bin Hudzafah, maukah kamu mengecup kepalaku? Saya akan membebaskanmu dan melepas kanmu."
Mendengarnya, sahabat Nabi ini menjawab, "Baiklah, dengan syarat engkau harus melepaskan semua tawanan kaum Muslimin yang berada di dalam penjara kalian."
Berkat Abdullah bin Hudzafah, total 300 tawanan yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Kaisar Romawi pun dibebaskan.
Sepulangnya dari kerajaan tersebut, cerita pun sampai di telinga Umar. Ia menghampiri Abdullah bin Hudzafah dan mengecup kepalanya.
"Harusnya semua umat Islam mencium kepala Abdullah dan sekarang aku orang pertama yang mencium kepala Abdullah," ujar Umar sambil mencium kepala Abdullah. Perilaku ini pun berikutnya diikuti oleh sahabat yang lainnya.
Labels:
Abdullah bin Hudzafah,
Umar bin Khaththab
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment