Thursday, July 25, 2019

Kisah Zaid bin Arqam di Balik Turunnya Al-Munafiqun Ayat 1


Pada tahun 5 hijriah Zaid bin Arqam mengikuti peperangan Bani Musthaliq. Usai peperangan, ketika masih menetap di Muraisi, sempat terjadi ketegangan antara kaum Muhajirin dan Anshar, yang dipicu oleh persenggolan ketika mengambil air di mata air, antara Jahjah al Ghifary dengan Sinan bin Wabar al-Juhanny.

Jahjah adalah orang upahan Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu, dan Sinan bin Wabar adalah salah seorang sahabat Anshar.

Perselisihan ini sendiri sebenarnya telah bisa didamaikan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tetapi tokoh munafik Abdullah bin Ubay mengomentari peristiwa itu.

Abdullah bin Ubay berkata kepada kaumnya, "Inilah yang kalian lakukan, andaikata kalian tidak memberikan harta kalian kepada mereka (Muhajirin), tentu mereka akan berpindah ke tempat lain. Demi Allah, jika kita telah kembali ke Madinah, maka penduduknya yang mulia akan benar-benar mengusir penduduknya yang hina."

Zaid bin Arqam yang satu kabilah dengan tokoh munafik itu, merasa tidak senang dengan ucapan Abdullah. Arqam yang masih remaja di kala itu, menyampaikan hal tersebut kepada pamannya.

Paman Zaid kemudian mengabarkannya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Umar bin Khaththab yang saat itu bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, meminta kepada Rasul agar menyuruh Abbad bin Bisyr membunuh tokoh munafik ini, tetapi Rasulullah tidak mengizinkannya.

Setelah Abdullah bin Ubay mengetahui bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mendengar ucapannya, segera saja ia menemui Rasulullah dan bersumpah atas nama Allah bahwa ia tidak mengatakan seperti apa yang disampaikan Zaid.

Abdullah bin Ubay adalah salah satu tokoh masyarakat Madinah, sementara Zaid bin Arqam hanya seorang pemuda remaja. Karena itu, ada sebagian sahabat Anshar yang lebih mempercayai ucapan Abdullah daripada Zaid.

Rasulullah berkata, "Boleh jadi ia (Zaid bin Arqam) hanya menduga-duga saja tentang apa yang dikatakan Abdullah bin Ubay."

Zaid menjadi sedih dengan perkembangan yang terjadi, apa yang dilaporkannya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam seolah-olah hanya dugaan dan rekaannya semata. Apalagi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sepertinya bisa menerima sumpah yang diucapkan Abdullah bin Ubay. Bagaimanapun juga dirinya masih anak-anak dan tidak memiliki ketenaran dan kekuasaan seperti halnya Abdullah bin Ubay.

Dalam beberapa hari berikutnya Zaid bin Arqam mengurung diri di rumah, tidak menghadiri majelis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam seperti biasanya. Pamannya sampai berkata, "Aku tidak bermaksud agar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam membencimu dan tidak mempercayaimu lagi!"

Beberapa waktu kemudian, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan Surah Al-Munafiqun ayat 1, yang isinya mengabarkan kedustaan yang dilakukan oleh orang-orang munafik, khususnya Abdullah bin Ubay.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kemudian mendatangi Zaid bin Arqam dan dia bacakan wahyu yang baru diterimanya, kemudian dia bersabda, "Wahai Zaid, sesungguhnya Allah telah membenarkanmu!"

No comments:

Post a Comment