Perang Yahudi Bani Nadhir adalah salah satu peristiwa
penting dalam sejarah umat Islam di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Setelah Perang Bani Qainuqa menjadi
tahapan pertama dalam membersihkan Yahudi dari Madinah dan sekitarnya, Perang
Bani Nadhir adalah tahapan kedua.
Bani Nadhir adalah salah satu kabilah terbesar bangsa Yahudi
yang bermukim di sebelah selatan Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Setelah
Rasulullah tiba di Madinah, mereka pun kafir kepada beliau bersama orang-orang
Yahudi lainnya. Rasulullah sendiri mengadakan ikatan perjanjian dengan seluruh
golongan Yahudi yang menjadi tetangga umat Islam di Madinah.
Ada perbedaan pendapat beberapa ahli sejarah terkait waktu
terjadinya Perang Bani Nadhir. Menurut Az-Zuhri rahimahullah, Perang Bani Nadhir terjadi pada tahun 2H, enam bulan
setelah Perang Badar dan sebelum Perang Uhud. Ahli sejarah lainnya menyebut
bahwa perang tersebut terjadi pada Rabi’ul Awwal 4 H, dua tahun setelah Perang
Bani Qainuqa pada 2H, berarti setelah Perang Uhud.
Sebab-sebab
Terjadinya Peperangan
Bermula ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama sejumlah sahabat menemui dan
meminta kaum Yahudi Bani Nadhir agar membantu Beliau dalam urusan diyat
(tebusan) orang-orang Bani Kilab yang dibunuh oleh ‘Amr bin Umayyah Adh-Dhamari
radhiyallahu ‘anhu.
Bani Nadhir pun berkata, “Kami akan bantu, wahai Abul Qasim
(maksudnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam). Duduklah di sini sampai kami selesaikan keperluanmu!”
Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam duduk di dekat tembok rumah mereka bersama Abu Bakar, Umar
bin Khaththab, Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat lainnya radhiyallahu ‘anhum.
Kemudian sebagian orang Yahudi memencilkan diri dari yang
lain. Mereka yang memisahkan diri ternyata mencoba melakukan intrik keji untuk
membunuh Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Kaum Yahudi di masa lalu pun sudah ternama di dalam Al-Kitab
bahwa mereka berani membunuh para nabi dan rasul.
Salah seorang dari mereka berkata, “Siapa di antara kalian
yang mau menjatuhkan batu ini ke kepala Muhammad sampai pecah?”
Orang yang paling celaka di antara mereka bernama Amru bin
Jihasy mengatakan, ”Saya.”
Mendengar rencana itu, Salam bin Misykam berusaha mencegah
mereka, “Jangan kalian lakukan! Demi Allah, pasti Allah akan memberitahukan
rencana kalian ini kepadanya. Sungguh, ini artinya melanggar perjanjian antara
kita dengannya.”
Namun, peringatan Salam bin Misykan ini tidak diindahkan.
Mereka tetap berencana meneruskan niat jahatnya.
Lalu datanglah Jibril menceritakan persekongkolan busuk
mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam pun bangkit dengan cepat dan segera kembali ke Madinah. Para
sahabat segera menyusul Rasulullah dan berkata, “Anda bangkit tanpa kami
sadari?” Rasulullah pun menceritakan rencana keji orang-orang Yahudi itu.
Setelahnya, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam mengirim utusan kepada Yahudi Bani Nadhir untuk
memerintahkan, “Keluarlah kalian dari Madinah dan jangan bertetangga denganku
di sini. Aku beri waktu sepuluh hari. Siapa yang masih kedapatan di Madinah
setelah hari itu, tentu aku tebas lehernya.”
Ancaman itu membuat Bani Nadhir mempersiapkan diri selama
beberapa hari. Namun kemudian, datanglah kepada mereka gembong munafik Abdullah
bin Ubay bin Salul.
Abdullah bin Ubay mengatakan, “Janganlah kalian keluar dari
rumah kalian. Karena saat ini aku memiliki sekitar 2.000 pasukan yang siap
bertahan bersama di benteng kalian ini. Mereka siap mati membela kalian. Bahkan
Bani Quraizhah serta para sekutu kalian dari Ghathafan tentu akan membela
kalian.”
Sumber: Minanews.net
Bersambung: Perang Bani Nadhir, Kisah Khianat Yahudi dan Munafik
No comments:
Post a Comment